Judul : Lintang Kemukus Dini Hari
Penulis : Ahmad Tohari
Bahasa : Indonesia
Type File : Pdf
Penulis : Ahmad Tohari
Bahasa : Indonesia
Type File : Pdf
Buku kedua seri Dukuh Paruk.
Kepergian Rasus yang tanpa pamit memberikan luka tersendiri bagi Srintil. Ia merasa telah ditolak oleh lelaki yang dicintainya. Seiring waktu, ketenaran Srintil sebagai seorang ronggeng mencapai puncaknya. Parasnya yang ayu serta kekenesannya membuat bayarannya menjadi lebih mahal. Di puncak segala ketenaran itu, Srintil merasa kosong. Layaknya seorang wanita, ia menginginkan suami serta anak. Namun sebagai ronggeng, hal tersebut jelas dilarang. Lebih dari itu, ia tidak dapat melupakan Rasus.
Kekosongan itulah yang membuatnya jarang naik pentas lagi. Ia merasa tidak memiliki gairah untuk meronggeng, justru keinginanya untuk hidup berumah tangga; bersuami serta memiliki anak, selalu mengganggunya. Hal itu pula yang membuatnya menyayangi Goder, seorang anak kecil yang mampu membuatnya damai. Keadaan itu terus berlangsung, membuat Srintil jarang pentas dan tak mau lagi melayani lelaki.
Hingga suatu hari datanglah undangan untuk pentas di acara tujuh belas agustusan yang dilaksanakan di kecamatan. Srintil jelas menolak tawaran itu, namun dengan sedikit ancaman mengenai keselamatannya dan keselamatan warga Dukuh Paruk, ia ragu juga. Demi mendapatkan keputusan yang benar, ia berkeliling kampung, lalu berhenti begitu saja di depan rumah Sakum. Ketika ia melihat betapa susahnya hidup Sakum itulah hatinya benar-benar luruh. Sudah ia putuskan: ia tak akan menolak tawaran itu. Dari situlah kemudian Srintil tak pernah lagi menolak tawaran pentas, namun untuk melayani lelaki ia tak mau. Ia kini telah menjelma menjadi wanita dewasa yang bermartabat.
Kepergian Rasus yang tanpa pamit memberikan luka tersendiri bagi Srintil. Ia merasa telah ditolak oleh lelaki yang dicintainya. Seiring waktu, ketenaran Srintil sebagai seorang ronggeng mencapai puncaknya. Parasnya yang ayu serta kekenesannya membuat bayarannya menjadi lebih mahal. Di puncak segala ketenaran itu, Srintil merasa kosong. Layaknya seorang wanita, ia menginginkan suami serta anak. Namun sebagai ronggeng, hal tersebut jelas dilarang. Lebih dari itu, ia tidak dapat melupakan Rasus.
Kekosongan itulah yang membuatnya jarang naik pentas lagi. Ia merasa tidak memiliki gairah untuk meronggeng, justru keinginanya untuk hidup berumah tangga; bersuami serta memiliki anak, selalu mengganggunya. Hal itu pula yang membuatnya menyayangi Goder, seorang anak kecil yang mampu membuatnya damai. Keadaan itu terus berlangsung, membuat Srintil jarang pentas dan tak mau lagi melayani lelaki.
Hingga suatu hari datanglah undangan untuk pentas di acara tujuh belas agustusan yang dilaksanakan di kecamatan. Srintil jelas menolak tawaran itu, namun dengan sedikit ancaman mengenai keselamatannya dan keselamatan warga Dukuh Paruk, ia ragu juga. Demi mendapatkan keputusan yang benar, ia berkeliling kampung, lalu berhenti begitu saja di depan rumah Sakum. Ketika ia melihat betapa susahnya hidup Sakum itulah hatinya benar-benar luruh. Sudah ia putuskan: ia tak akan menolak tawaran itu. Dari situlah kemudian Srintil tak pernah lagi menolak tawaran pentas, namun untuk melayani lelaki ia tak mau. Ia kini telah menjelma menjadi wanita dewasa yang bermartabat.
0 komentar:
Posting Komentar