[Biografi] Orhan Pamuk, Novelis Muslim Yang Mendunia


Orhan Pamuk adalah seorang novelis muslim terkemuka dalam sastra pasca-modernis. Ia sangat populer di dalam maupun di luar negeri, dan hingga kini pembacanya di seluruh dunia juga terus bertambah. Sebagai salah seorang novelis Eurasia terkemuka, karya-karyanya  telah diterjemahkan ke dalam 63 bahasa, termasuk Georgia, Malayan, Ceko, Denmark, Jepang, Catalan, serta bahasa Inggris, Jerman dan Perancis. Dan ia telah mendapatkan banyak penghargaan di dalam negeri maupun internasional.

BIOGRAFI

Ferit Orhan Pamuk atau lebih dikenal dengan Orhan Pamuk lahir di Istanbul, Turki pada 7 Juni 1952 dan dibesarkan di sebuah keluarga besar di distrik Nisantasi, Ayahnya adalah CEO pertama International Business Machines Corporation (IBM) Turki. Kehidupannya mirip dengan yang ia gambarkan dalam novelnya yang  berjudul “Cevdet Bey ve Oğulları (Tuan Cevdet dan Anak-anaknya)” dan “Kara Kitap (Buku Hitam)”. Di dalam buku autobiografinya di Istanbul, dikisahkan bahwa dari masa kecil sampai usia 22 tahun, ia mengabdikan dirinya terutama untuk lukisan dan bermimpi menjadi seorang seniman. Setelah lulus dari Sekolah Menengah Umum American Robert College di Istanbul, ia belajar arsitektur di Universitas Teknik Istanbul, karena tekanan keluarganya agar ia menjadi insinyur atau arsitek. Namun ia berhenti setelah tiga tahun dan meninggalkan kuliahnya begitu saja. Kemudian pada usianya ke-23 tahun, Pamuk memutuskan untuk menjadi seorang novelis dan mulai menulis. Pamuk lulus jurusan jurnalisme di Universitas Istanbul pada tahun 1977. Pada tahun 1985, Pamuk menjadi sarjana tamu di Universitas Columbia di New York City hingga tahun 1988, dan pada masa yang sama ia pun menjadi mahasiswa tamu di Universitas Iowa. Lalu setelah itu ia kembali ke Istanbul.

Pamuk menikah dengan Aylin Turegen pada tahun 1982 dan dikaruniai seorang anak perempuan yang mereka beri nama Rüya, tetapi mereka bercerai pada tahun 2001.


SEBAGAI NOVELIS

Pamuk mulai menulis secara teratur pada 1974. Novelnya yang pertama, Karanlık ve Işık (Gelap dan Terang) menjadi pemenang dalam Pertandingan Novel Milliyet Press bersama dengan novel lain, Mehmet Eroğlu, pada 1979. Novel ini diterbitkan dengan judul Cevdet Bey ve Oğulları (Tuan Cevdet dan anak-anaknya) pada 1982, dan memenangkan Hadiah Novel Orhan Kemal pada 1983. Kisahnya tentang tiga generasi sebuah keluarga Istanbul kaya yang hidup di Nisantasi.

Pamuk memenangkan sejumlah penghargaan kritis untuk karya-karya awalnya, termasuk Hadiah Novel Madarali 1984 untuk novel keduanya Sessiz Ev (Rumah yang Sunyi) dan Prix de la Découverte Européenne 1991 untuk terjemahan bahasa Prancis novel ini. Novel historisnya berjudul Beyaz Kale (Kastil Putih) yang terbit dalam bahasa Turki pada 1985 memenangkan Penghargaan Independen untuk Fiksi Asing 1990 dan memperluas reputasinya di luar negeri. Tinjauan Buku The New York Times menyatakan, "Bintang yang baru telah terbit di timur--Orhan Pamuk." Selanjutnya ia mulai bereksperimen dengan teknik-teknik pasca-modern dalam novel-novelnya, suatu perubahan dari naturalisme sempit dalam karya-karya awalnya.

Pamuk agak lambat menjadi populer di kalangan khalayak umum, namun novelnya yang berjudul Kara Kitap (Buku Hitam) yang terbit pada 1990 menjadi salah satu bacaan yang paling kontroversial dan populer dalam sastra Turki karena kompleksitas dan kekayaannya.

Pada tahun 1992, ia menulis naskah untuk film Gizli Yüz (Muka Rahasia), berdasarkan Kara Kitap dan ditangani oleh sutradara Turki terkemuka, Ömer Kavur. Novel keempat Pamuk, Yeni Hayat (Kehidupan Baru), menimbulkan sensasi di Turki saat terbitnya pada tahun 1995 dan menjadi buku yang paling cepat dijual dalam sejarah Turki. Saat ini, Pamuk juga telah menjadi tokoh terkemuka di Turki, karena dukungannya atas hak-hak politik suku Kurdi. Pada tahun 1995, Pamuk tergolong salah satu penulis yang berusaha menulis esai-esai yang mengkritik perlakuan Turki terhadap suku Kurdi. Kemudian Pada tahun 1999, Pamuk menerbitkan buku ceritanya Öteki Renkler (Warna yang Lain).

Reputasi internasional Pamuk terus meningkat ketika ia menerbitkan Benim Adım Kırmızı (Namaku Merah) pada tahun 2000. Novel ini mencampurkan teka-teki misteri, roman dan filosofis yang berlangsung di Istanbul pada abad ke-16. Cerita ini membuka jendela ke pemerintahan Sultan Ottoman Murat III dalam sembilan hari musim dingin yang bersalju pada tahun 1591, mengundang pembacanya untuk mengalami ketegangan antara Timur dan Barat dari perspektif yang sangat memukau. Benim Adım Kırmızı telah diterjemahkan ke dalam 24 bahasa dan memenangkan hadiah sastra internasional yang paling bernilai, Hadiah IMPAC Dublin pada tahun 2003.

Ketika Pamuk ditanya "Apakah pengaruh kemenangan hadiah IMPAC ini (saat ini nilainya $127.000) atas kehidupan dan karya anda?", ia menjawab "Tak suatupun yang berubah dalam hidup saya karena saya bekerja sepanjang waktu. Saya telah menghabiskan 30 tahun dalam menulis fiksi. Selama 10 tahun pertama, saya kuatir tentang uang dan tak seorangpun bertanya berapa banyak uang yang saya hasilkan. Dekade kedua saya menghabiskan uang dan tak seorangpun bertanya tentang hal itu. Dan saya telah menghabiskan 10 tahun terakhir dan setiap orang ingin tahu bagaimana saya menggunakan uang itu, suatu hal yang tidak akan saya lakukan."

Novel paling mutakhir Pamuk adalah Kar (salju) yang terbit pada tahun 2002 dan diterjemahkan dalam bahasa Inggris Snow, pada tahun 2004. Novel ini membahas konflik antara Islamisme dan Baratisme di Turki modern. New York Times mencatat Snow sebagai salah satu dari Sepuluh Buku Terbaik untuk tahun 2004. Ia juga menerbitkan sebuah memoir/catatan perjalanan İstanbul-Hatıralar ve Şehir (Istanbul-Kenangan dan Kota) pada tahun 2003 dan telah diterjemahkan dalam bahasa Inggris, Istanbul-Memories and the City pada tahun 2005.

Pada tahun 2005 Orhan Pamuk memenangkan Hadiah Peace Price of The German Book Trade senilai 25.000 Euro untuk karya sastranya di mana Eropa dan Turki Islam menemukan tempat untuk satu sama lain. Ini adalah hadiah buku paling bergengsi Jerman yang diberikan di Gereja St. Paulus di Frankfurt.

Buku-buku Pamuk dicirikan dengan kebingungan atau hilangnya identitas yang sebagian ditimbulkan oleh konflik antara nilai-nilai Eropa dan Islam. Mereka seringkali mengganggu atau menggelisahkan, namun mencakup plot yang rumit dan memikat, serta tokoh-tokoh yang mendalam. Karya-karyanya juga diwarnai dengan bahasan dan pesona terhadap seni kreatif, seperti sastra dan lukisan.


TUDUHAN KRIMINAL DAN PENGADILAN

Pernyataan Pamuk

Ditengah kepopulerannya sebagai seorang novelis, Pamuk juga tersandung kasus yang membuatnya hampir dipenjara. Tuduhan-tuduhan kriminal terhadapnya muncul dari pernyataan yang ia buat saat diwawancarai oleh Das Magazin, sebuah terbitan Swiss pada Februari 2005. Dalam wawancara itu, Pamuk menyatakan, "Tiga puluh ribu orang Kurdi dan sejuta orang Armenia dibunuh di negeri ini dan tak seorangpun kecuali saya yang berani berbicara tentang hal ini."

Setelah wawancara itu diterbitkan, Pamuk merasa mendapat sorotan tajam dari masyarakat Turki. Bahkan ia merasa telah dibenci oleh banyak orang sehingga memaksanya pergi ke luar negri. Namun, ia kembali lagi untuk menghadapi tuduhan-tuduhan tersebut. Dalam wawancaranya dengan BBC News, ia berkata bahwa ia ingin membela kebebasan berbicara, satu-satunya harapan Turki untuk menghadapi sejarahnya sendiri. “Apa yang terjadi kepada orang-orang Armenia Ottoman pada 1915 adalah suatu kejadian besar yang tersembunyi dari bangsa Turki. Ia dianggap tabu. Tetapi kami harus mampu berbicara tentang masa lalu,” ujar Pamuk.

Dakwaan

Pada Juni 2005, Turki memperkenalkan aturan pidana baru termasuk Ayat 301 yang menyatakan: "Seseorang yang secara eksplisit menghina keberadaan seorang Turki, Republik atau Dewan Nasioal Agung Turki, akan dikenai hukuman penjara selama enam bulan hingga tiga tahun." Pamuk dikenai hukuman pelanggaran pasal ini atas pernyataannya dalam wawancara empat bulan sebelum hukum itu diberlakukan. Namun bukan jera, pada Oktober setelah dakwaan dimulai, Pamuk mengulangi perkataannya dalam sebuah pidato yang disampaikannya pada upacara pemberian hadiah di Jerman: "Saya ulangi, saya katakan dengan keras dan jelas bahwa satu juta orang Armenia dan 30.000 orang Kurdi telah dibunuh di Turki." Katanya kala itu.

Karena tuduhan atas hukum yang dikenakan pada Pamuk surut, hukum Turki mengharuskan pengadilannya disetujui oleh Kementerian Kehakiman. Beberapa menit setelah pengadilan Pamuk dimulai pada 16 Desember 2005, hakim menemukan bahwa persetujuan ini belum diterima dan karenanya hakim menunda kelanjutan peradilan. Dalam wawancara yang diterbitkan dalam surat kabar Aksam pada hari yang sama, Menteri Kehakiman Cemil Cicek mengatakan bahwa ia belum menerima berkas Pamuk namun ia akan mempelajarinya dengan cermat begitu berkasnya sampai ke tangannya. 

Kantor berita Turki (basic indicator approach) BIA melaporkan bahwa para pengunjuk rasa nasionalis di luar ruang pengadilan mengejek ketika mereka mendengar peradilan itu ditunda dan menyerang mobil Pamuk ketika ia dibawa pergi. Sekelompok pengunjuk rasa lainnya yang berdemonstrasi damai menentang Orhan Pamuk tanpa kekerasan dipimpin oleh seorang seniman dan penulis Turki yang terkenal secara internasional, Bedri Baykam.
Dukungan internasional

Tuduhan-tuduhan terhadap Pamuk rupanya mengundang reaksi internasional dan berbagai pertanyaan di sejumlah kalanagan mengenai rencana masuknya Turki ke dalam Uni Eropa (UE). Pada 30 November, Parlemen Eropa mengumumkan akan mengirimkan delegasi yang terdiri dari lima anggota, dipimpin oleh Camiel Eurlings, sebagai pengamat di peradilan itu. Komisioner Perluasan UE, Olli Rehn, lalu mengatakan bahwa kasus Pamuk akan menjadi ujian atas komitmen Turki terhadap kriteria keanggotaan UE.

Pada 1 Desember, Amnesti Internasional mengeluarkan pernyataan yang menyerukan agar Ayat 301 dihapus dan agar Pamuk dan enam orang lainnya yang akan diadili dengan Undang-undang itu dibebaskan. PEN American Center juga mengecam tuduhan-tuduhan terhadap Pamuk, dan mengatakan: “PEN menganggap sesuatu yang luar biasa bahwa suatu negara yang telah mengesahkan Perjanjian Internasional tentang Hak-hak Sipil dan Politik PBB, dan Konvensi Hak-hak Asasi Eropa, yang keduanya menganggap kebebasan mengungkapkan pendapat sebagai sesuatu yang central harus terancam Undang-undang Pidana yang mencakup klausa yang begitu bertentangan dengan prinsip-prinsip yang sama.”

Pada 13 Desember, delapan pengarang terkenal dunia -- Jose Saramago, Gabriel Garcia Marquez, Günter Grass, Umberto Eco, Carlos Fuentes, Juan Goytisolo, John Updike dan Mario Vargas Llosa—menerbitkan pernyataan bersama dan mengecam tuduhan-tuduhan atas dirinya sebagai pelanggaran hak-hak asasi manusia.

Kritik terhadap Pamuk

Sebagian rekan-rekan Turki Pamuk menyerangnya karena terlalu memusatkan kritiknya terhadap "Turki dan orang Turki", dan karena tidak sama kritisnya terhadap pemerintah-pemerintah lain. Selain itu, Sebagian pengamat curiga bahwa tujuan Pamuk sebenarnya ingin mendapatkan perhatian internasional sehingga ia bisa memenangkan penghargaan Nobel untuk sastra yang kemudian dianugerahkan kepada pengarang Inggris, Harold Pinter. Mereka mengatakan bahwa Pamuk sebelumnya tak pernah memperlihatkan perhatiannya kepada masalah Kurdi atau Armenia. Sebagian komentator Turki mencatat bahwa memuji Pamuk bukan karena tulisannya melainkan karena pernyataannya tentang orang Kurdi dan Armenia tidak saja keliru, tetapi juga tidak adil kepada orang-orang seperti Yaşar Kemal, sastrawan Turki lainnya yang telah menghadapi berbagai tuduhan sepanjang kariernya sebagai penulis karena membela hak-hak suku Kurdi maupun bangsa-bangsa lain, yang telah membaktikan seluruh hidupnya untuk meneliti kelompok-kelompok minoritas atau yang pernah dipenjarakan karena membela hak-hak minoritas. Waktu yang bersamaan ketika media mulai menerbitkan pernyataan-pernyataan Pamuk dengan waktu perundingan-perundingan penting dengan UE juga telah menimbulkan sejumlah kontroversi di Turki. Lainnya mengatakan bahwa kasus Pamuk lebih mirip dengan pencemaran seperti di negara-negara demokrasi Barat daripada kebebasan berpendapat.

*****

Terlepas dari semuanya itu, sesungguhnya Pamuk adalah sosok intelektual muslim yang disegani dunia lewat karya-karyanya terutama dalam bentuk novel. Jarang sekali orang Islam mendapatkan tempat yang begitu kuat dalam sastra dunia, salah satunya adalah Orhan Pamuk. Karena itu, buat para pecinta karya-karya sastra, beruntunglah karena sosok Pamuk pernah hadir ke dunia ini dengan karya-karyanya yang luar biasa.



KARYA-KARYANYA
  • Cevdet Bey ve Oğulları (1982, Tn. Cevdet dan Anak-anaknya)
  • Sessiz Ev (1983, Rumah yang Sunyi)
  • Beyaz Kale (1985, Kastil Putih)
  • Kara Kitap (1990, Buku Hitam)
  • Yeni Hayat (1995, Kehidupan Baru)
  • Öteki Renkler (1999, Warna-warna Lain)
  • Benim Adım Kırmızı (2000, Namaku Merah)
  • Kar (2002, Salju)
  • İstanbul: Hatıralar ve Şehir (2003, Istanbul: Kenangan dan Kota)


PENGHARGAAN YANG DIPEROLEH
  • 1979 Penghargaan Pertandingan Novel Milliyet Press (Turki) untuk novelnya Karanlık ve Işık (pemenang bersama)
  • 1984 Hadiah Novel Madarali (Turki) untuk novelnya Sessiz Ev
  • 1990 Penghargaan Fiksi Asing Independen (Britania Raya) untuk novelnya Beyaz Kale
  • 1991 Prix de la Découverte Européenne (Hadiah Penemuan Eropa) (Prancis) untuk terjemahan bahasa Prancis novelnya Sessiz Ev
  • 2002 Prix du Meilleur Livre Etranger (Hadiah untuk Buku Asing Terbaik) (Prancis) untuk novelnya Namaku Merah
  • 2002 Premio Grinzane Cavour (Italia) untuk novelnya Namaku Merah
  • 2003 Penghargaan Sastra Internasional IMPAC Dublin (Irlandia) untuk novelnya Namaku Merah
  • 2005 Hadiah Perdamaian Pameran Dagang Buku Jerman (Peace Price of The German Book Trade) (Jerman)
  • 2005 Prix Medicis Etranger (Prancis) untuk novelnya Salju
  • 2006 Penghargaan Nobel dalam Sastra

0 komentar:

Posting Komentar